Selamat Datang...

Berbagi, Manfaat .....

Tampilkan postingan dengan label Guru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Guru. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Maret 2014

MENULIS

Dua kalimat yang jadi motivasi saya untuk selalu menjadi hebat, berharap dengan menulisnya dan memaparkannya dalam blog ini bisa memotivasi siapa pun yang membacanya. Terutama anak-anakku sayang, penerus generasi dan amanah yang diemban oleh manusia.

Kalimat pertama adalah kalimat yang dilontarkan Pak Dedi Dwitagama: "Guru hebat adalah guru yang menulis setiap hari". Benar, menulis adalah salah satu cara menyampaikan pesan yang dapat didokumentasikan dalam bentuk tulisan. Bahkan bukan hanya guru yang hebat, namun manusia yang rajin menulis akan besar namanya oleh tulisannya, apa lagi manusia itu adalah guru yang digugu dan ditiru.

Kalimat kedua adalah kalimat dari pak Wijaya Kusumah yang akrab dipanggil omjay: "Kesulitan terbesar dalam sebuah pekerjaan adalah memulai". Dan kalimat ini banyak diamini oleh teman-teman saya di jejaring sosial dan saya sendiri mengangguk keras ketika mendengar kalimat ini tanda persetujuan. Baiklah, mari kita kupas satu per satu  permasalahan dalam menulis.

Mengapa menulis?
Karena menulis ini merupakan karya anak manusia, menulis adalah dokumentasi dari sebuah ide dan pikiran manusia, menulis bisa menghasilkan banyak hal bagi kebaikan manusia.

Lalu, mengapa kita tidak menulis?
Pertama, karena kita belum memulainya. Seperti yang disampaikan omjay, bahwa memulai adalah hal yang tersulit dalam sebuah pekerjaan, maka ketika sesorang ingin memulai haruslah mempersiapkan beberapa hal diantaranya: Nawaitu lillahi Ta'ala karena segala sesuatu akan mudah dilaksanakan jika kita niatkan karena Allah, power Allah mampu menendang setan yang membayang-bayangi manusia agar malas memulai hal yang baik; Rumuskan tujuan yang akan dicapai, seperti bebragi manfaat untuk sesama; Dan yang tidak kalah penting bagaimana bisa mengatur mindset kita menjadikan "menulis" sebagai sebuah passion bukan karena keterpaksaan.

kedua,  terjebak dalam rutinitas yang tiada ujung dan akhir. Rutinitas dan tuntutan kerja yang mengekang kita membuat kita tidak berbuat lebih dari tuntutan minimal. Keluar dari rutinitas yang membosankan bukanlah hal yang mudah, butuh tekad yang besar untuk membongkar dan mencari celah untuk mengubah pola kerja yang kurang produktif. Kembali ke passion, dan tujuan kita menulis, maka rutinitas keseharian ini dapat dijadikan ajang untuk menjadi manusai yang lebih produktif dan manfaat.

Apa yang harus ditulis?
Jangan berpikir untuk memulai menulis tantang hal-hal yang tidak kita kuasai, tulislah hal-hal ringan yang sering kita bicarakan bersama teman, tentang hal-hal yang pernah kita alami, tentang hal-hal yang pernah kita pelajari, hingga akhirnya kita bisa mencari pelajaran baru dari apa yang telah kita tulis.
Mulailah pekerjaan "menulis" dengan menuliskan sebuah kata, dari kata ini buatlah skema, apa saja yang ingin dijabarkan dari kata yang kita tulis ini. Buat sebuah jaring laba-laba, atau panah-memanah menuju atau keluar dari kata tersebut. buatlah coretan sesuka hati. Keluarkan lah semua yang ingin kau tuangkan tentang kata itu.
Kembangkanlah kata itu berdasarkan coretan-coretan tadi menjadi sebuah kalimat, dari kalimat akan menjadi paragraf. dan tanpa terasa (karena hati senang) maka akan membuat sebuah naskah tentang kata yang menjadi awal dari tekad yang kuat.

Semoga bermanfat, Mohon masukan dan koreksi. Terimakasih

Jumat, 07 Juni 2013

Keluarga

Mengutip Makalah yang saya persiapkan untuk mengikuti seleksi Guru Berprestasi tingkat Kota Banjarmasin. Dan panggalan ini, adalah panggalan yang paling menguras emosi dan tenaga. Karena aku bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa jika Allah tidak menghadiahkan mereka dalam hidupku (Keluargaku)... ini persembahanku untuk kalian sayangku.




Keluarga sebagai sel terkecil dalam sebuah komunitas masyarakat, memiliki andil yang sangat besar dalam membentuk pribadi yang unggul dan berprestasi. Terlahir sebagai saudara terkecil diantara lima orang  saudara  perempuan membuat saya dapat bercermin dari keberhasilan kakak-kakak saya. Orang tua yang rela merantau demi keberhasilan anak-anaknya menyadarkan saya bahwa untuk menjadi pribadi yang bermanfaat harus rela berkorban. Ayah dan Ibu adalah sosok yang sangat agung untuk bercermin, meski keduanya bukan sarjana, namun setiap kata-kata yang mereka ucapkan sebagai nasehat untukku, seakan-akan itu adalah kutipan dari Jean Piget, John Dewey, Ibnu Khaldun atau Ki Hajar Dewantara. Mereka adalah inspirasi bagiku, hingga kini di setiap prestasi atau prestise yang saya capai adalah berkat bimbingan keduanya, berusaha dan selalu berharap saya dapat membuat mereka bangga. Ketika saya terlahir di tanah perantauan orang tua Mekkah Arab Saudi, ayah dan ibu hanyalah  pekerja musiman, yaitu pembantu syekh menerima dan melayani Jamaah haji yang datang sekali dalam setiap setahun. Berkat kebaikan syekh kami mendapatkan tempat tinggal dan bernaung. Namun di usia sekolah dasar saya, orang tua saya harus kehilangan pekerjaan itu karena pemerintah Arab saudi menghapus sistem bimbingan syekh ke Muasassah yang bertanggung jawab atas pelayanan jemaah haji.
Namun orang tua selalu berusaha untuk dapat mencarikan nafkah bagi anak-anaknya yang ditinggal di tanah air, juga bagi anak-anak yang tinggal bersamanya di perantaun. Ingatan saya masih lekat dengan sosok ayah yang gigih bekerja apa pun yang dapat dilakukannya asalkan mendapatkan apa yang dibutuhkan anak-anaknya: Pendidikan yang terbaik. Tak peduli bekerja siang hari di tanah tandus dengan temperatur ± 45oC, atau malam hari ketika suhu ekstrim padang pasir berubah menjadi sangat dingin.
Dibalik perjuangan orang tua ini, saya mendapatkan pendidikan yang dapat saya banggakan. Duduk di bangku yang sama dengan anak pribumi merupakan sebuah kebanggan, bahkan saya dapat meraih nilai di atas rata-rata selama 9 tahun keberadaan saya di sekolah dasar dan sekolah menengah.  Dan ini adalah prestasi bagi saya berada di tanah asing dan menjadi siswa rangking tiga terbesar di setiap tahunnya, mengalahkan anak-anak pribumi, untuk membuktikan kepada orang tua saya bahwa mereka tidak sia-sia bekerja siang malam demi keberhasilan anaknya.
Jika orang tua menjadi dasar atau akar dari sebuah prestasi, maka anak dan buah hati adalah sebuah prestasi yang berakar dari orang tua. Kisah lain dari kehidupan saya sebagai orang tua. Beberapa bulan setelah menjalankan tugas sebagai Guru saya melahirkan anak pertama, dia seorang putri yang menjadi bibit yang harus saya sirami dengan segenap pengetahuan dan skill yang saya miliki untuk membantunya tumbuh sebaik mungkin untuk menjadi anggota masyarakat yang baik. Namun, tantangan ini sudah terasa terjal di bulan keempat usia anak saya ketika saya mencurigai abnormal padanya. Putri pertama saya tidak terkejut atau menangis ketika terdengar suara keras seperti suara guntur atau suara pintu yang tertutup dengan keras. Kecurigaan ini berlangsung tanpa mendapatkan diagnosis yang pasti dari dokter hingga usia 14 bulan. Di usia 14 bulan lah, saya mendapatkan vonis bahwa putri saya total deafness (tuli total), tentu saja vonis ini membuat saya terpukul, merasakan semua yang saya pandang berputar-putar sekaligus merasakan dunia berhenti berputar, saya hanya berpikir apa yang harus saya lakukan untuk tetap dapat membangun harapan-harapan indah untuknya.
Dukungan yang mengalir dari orang tua, kakak, kerabat dan tentu saja dari suami perlahan menguatkan semangat dan tekad saya, bahwa ini bukan akhir dari segalanya, namun ini adalah awal dari sebuah tantangan hidup. Setelah konsultasi yang panjang dengan berbagai pihak (dokter, psikolog, trapis wicara, guru SLB, konsultan alat-alat bantu dengar) untuk menemukan cara terbaik sebagai solusi, saya mengerti dan meyakini bahwa di balik setiap kekurang terdapat banyak kelebihan yang tidak ditemukan pada anak yang normal. Anak saya, adalah hadiah istimewa untuk saya. Saya belajar unuk menghargai potensi yang telah Tuhan berikan pada tiap-tiap insan, menghargai sebuah kekurangan untuk menemukan kelebihan yang tersembunyi dibaliknya.
Seiring perjalanan waktu, saya mengandung anak yang kedua. Pada 6 bulan kehamilan saya, ibunda tercinta dipanggil untuk menghadap Sang Pencipta, kepulangan beliau menuntut saya untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan mandiri dalam menghadapi hidup. Enam bulan pasca kelahiran anak kedua, saya dihadapkan pada tantangan baru. Suami saya yang berprofesi sebagai guru SD, mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 di Yogyakarta atas biaya Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Meski saya juga mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk mengikuti program yang sama, namun keinginan itu terhalang oleh persyaratan administrasi dan birokrasi (Pangkat dan golongan).
Keberangkatan suami saya ke Yogyakarta, menghadapkan saya pada kenyataan  untuk mengasuh kedua anak kami sendiri. Ayahandalah yang menjadi kawan yang selalu menyokong dan membantu saya dalam mendidik anak-anak. Namun itu hanya berlangsung kurang dari enam bulan, Kesehatan Ayahanda yang sudah di usia 70-an semakin menurun, hingga akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhirnya, meninggalkan kesan dalam hidup saya bahwa manusia dilahirkan untuk selalu belajar, dibimbing oleh orang tua, guru, atau teman. Namun pada akhirnya manusia harus berpisah dari mereka yang telah membimbingnya untuk menjadi pribadi yang mandiri, tabah, kuat, namun tetap selalu memberikan manfaat bagi sesama.
Mencapai perjalanan panjang, berusaha menjadi anak yang patuh pada kedua orang tua, membanggakan mereka, melahirkan dan membesarkan kedua anak saya dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka, memotivasi suami menyelesaikan tugas belajarnya adalah prestasi yang paling membanggakan bagi saya sebagai bagian dari sebuah keluarga.

Selasa, 09 April 2013

BUKU " PENGEMBANGAN PROFESI GURU"



Buku ini saya beli di kawasan Toko Buku Merdeka, di Jl. Hasanuddin HM Banjarmasin,Kebiasaan saya sejak termotivasi untuk memiliki Buku karangan sendiri adalah banyak membaca karena keterampilan menulis berawal dari keterampilan membaca. Sehingga wajib bagi saya (aturan saya sendiri) untuk memiliki minimal satu buku tiap dua bulan.
Dan ini adalah buku yang saya beli untuk bulan April 2013:

Judul: Pengembangan Profesi Guru
Pengarang : Prof. Dr. H. Nanang Priatna, M.Pd & Tito Sukamto, S.Pd
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya Bandung
Tahun Terbitan : Cetakan Pertama, Februari 2013
Tebal :  326 Halaman
 
Sampul Buku
Buku ini terbit erat sekali dengan ditetapkannya Peraturan Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenneg PAN dan RB) Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang mulai diberlakukan secara serentak di seluruh Indonesia mulai 1 Januari 2013.
Jika pada peraturan sebelumnya yaitu (Keputusan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84 Tahun 1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya) Kegiatan PKB (Pengembangan Profesi) diwajibkan sebagai syarat kenaikan pangkat/ golongan VI/a ke atas, maka peraturan baru kegiatan PKB diwajibkan sebagai syarat kenaikan pangkat/ golongan mulai dari III/b ke atas.
Tentu ini menjadi momok bagi guru untuk naik pangkat, karena kebanyakan guru belum terbiasa menulis dan mempublikasikan tulisannya.
Nah, mempublikasikannya… mungkin ini yang terasa sulit. Kalau menulis, membuat Karya Tulis, PTK mungkin sudah sering membuatnya, namun masalah pempublikasian dan bukti fisik adalah yang jadi masalah bagi guru selama ini. Buku ini Insya Allah akan membantu bapak-ibu Guru dalam melaksanakan PKB.  Bagaimana, tertarik? Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan.
Semoga Tulisan ini Bermanfaat.

Jumat, 05 April 2013

Memanfaatkan "Mailing Microsoft Word" Untuk Membuat SKHU

Bagi anda guru Kelas VI atau Kepala Sekolah atau Admin Sekolah yang diberi tugas membuat Surat Keterangan Hasil Ujian alias SKH, khususnya bagi yang muridnya buaaaanyak, memanfaatkan Mailings Microsoft Word adalah langkah paling tepat untuk menghemat waktu cukup siapkan 1 file Word dan 1 file (sheet) Exel...
Langkahnya sebagai berikut:
Pertama, Siapkan Format SKHU di word sesuai petunjuk dinas atau seperti yang satu ini

 Kedua, siapkan Identitas dan nilai siswa di program Exel sesuai dengan isian yang diperlukan dalam menulis SKHU seperti dibawah ini. Save dan ingat-ingat lokasi penyimpanan.

Langkah Ketiga, adalah memulai Mailing dengan memilih tab (Mailing),  (Start Mail Merge) dan memilih (Letters).




Selasa, 26 Maret 2013

Seleksi Guru Berprestasi

Hari ini berkat Pengawas TK/SD di gugus saya mengajar dan juga Kepala sekolah, saya ikut serta dalam Seleksi Guru SD Berprestasi Tingkat Kecamatan. Dan kali ini saya ingin share pengalaman hari ini.
Awal ceritanya, setiap tahun sejak saya memegang kelas 6 di SDN Kelayan Timur 6 Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Pengawas TK/SD yang sudah terjalin hubungan profesional sejak beliau ditugaskan di gugus Kelayan Timur selalu menawarkan untuk ikut dalam pemilihan guru berprestasi, namun karena terhalang persyaratan adminstratif, seperti masa kerja dan profesionalisme (#red: sudah bersertifikasi) saya selalu menolak tawaran tersebut.
Tahun ini keikut-sertaan saya pun setengah matang, karena kesibukan bersama anak didikku di kelas VI yang siap-siap menghadapi UN dan US 2013, Persiapan Portofolio pun dikerjakan dalam sehari. (ini memang sesuai dengan karakterku yang hobby dengan deadline (#Red: garis mati).
Tiba hari seleksi secara tertulis, Pertanyaannya berkisar dalam bidang perundang-undangan yang berkaitan dengan Guru dan Pendidikan, Kerangka RPP, dan empat Kompetensi guru. Sesi kedua diujikan kemampuan IT. Yah, memang kurang memicu adrenalin, karena di sini hanya permintaan untuk menuliskan kerangka RPP dan nama atasan di lingkungan kerja pada program office word.
Kurang lebih 3-4 hari akan diumumkan ranking guru peserta seleksi, mudah-mudahan kegiatan pekan ini menjadi pengalaman untuk meningkatkan profesionalisme saya sebagai guru.

Catatan:

  • Arsipkan Semua : Sertifikat diklat, seminar, lokakarya, SK Pembagian tugas, SK Panitia, Surat Tugas, dan apa pun yang berkaitan dengan kerja pokok atau tambahan yang kamu emban selama menjadi guru. 
  •  Koleksi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Menteri yang berhubungan dengan dunia pendidikan, setidaknya tahu Perundang-undangan tersebut membahas tentang apa! 
  •  Jika akhirnya kita memutuskan untuk ikut seleksi Prestasi, harus sedikit narsis, dan percaya diri tanpa berlebihan agar terlihat meyakinkan!

Semoga Bermanfaat!

Selasa, 19 Februari 2013

Menjadi Guru Berkarakter

Selesai membaca buku yang saya peroleh dari pelesir ke jogja (Kota Mahasiswa) yang punya toko-toko yang jual buku-buku murah (biar murah, tetap berkualitas), saya membuat beberapa catatn kaki sebagai pengingat bagi saya. Ini salah satu judul buku:

Menjadi Guru Berkarakter

  1. Sebutan GURU harus dihayati dan dilaksanakndengan sungguh-sungguh.
    G: gagasan, artinya semua guru harus punya gagasan atau ide yang baru dan membangun. Bukan      hanya sekedar menyampaikannya di depan kelas, namun harus berani untuk mempublikasikannya.
    U: usaha, artinya guru harus selalu berusaha dengan gigih untuk mencapai cita-cita (misal membeli  buku:menambah wawasan atau studi lanjut untuk meningkatkan kompetensi bukan sekedar  meningkatkan kualifikasi)
    R: rasa, meliputi asah, asih dan asuh. Dengan rasa guru akan menjadi spirit dan menjadi “pendidikam  yang menghidupkan”
    U: uang/ harta, uanglah yang akan membantu guru untuk menjadi lebih bermartabat (cara mencarinya  harus santun, jujur, dan bersih)
  2.  Kutipan ini membuat saya berpikir dan bekerja keras:
    "Anak didik berprestasi adalah anak didik yang mampu mencapai ketuntasan belajar dan mempunyai kualitas pada aspek moral, sikap mental, inovatif, kepekaan sosial, keterampilan berwirausaha, rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan problem"
  3. Kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, yang sangat bernilai dan berguna, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain
  4. Agar menjadi orang hebat, Manusia di bekali oleh Allah dengan 4 anugrah:
    Kesadaran diri: kemampuan untuk berpikir tentang proses berpikir kita sendiri
    Imajinasi          : kemampuan untuk mencipta di dalam benak kita.
    Suara Hati       : kesadaran batin yang dalam tentang yang benar dan yang salah
    Kemauan         : kemampuan untuk bertindak berdasarkan kesadaran kita.
  5. Kutipan lain yang gak kalah buat saya bangga jadi manusia :) "pikiran saya adalah milik saya, saya akan mengendalikannya."
Buku ini benar-benar membuat saya merenung dan memastikan bahwa dalam setiap manusia ada potensi yang luar biasa untuk menjadi orang yang hebat... menjadi pendidik yang hebat... menjadi guru yang hebat! dan dengan segenap potonsi tersebut GURU mampu menciptakan SISWA yang hebat.

jangan lupa, menjadi guru merupakan bekal untuk menemani masa kesendirian di bawah tanah bersama gelap dan sempitnya rumah masa depan.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
(Ketika anak adam meninggal maka putuslah amal-ibadahnya kecuali dari tiga: mal jariah, dan ilmu yang bermanfaat dan anak  haleh yang mendoakannya )

Jumat, 16 Maret 2012

PENGUMUMAN UKA 2012


Menurut keterangan resmi LPMP pengumuman hasil UKA sertifikasi guru 2012 akan dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2012 mendatang. Sedangkan pengumuman hasil  UKA akan diumumkan secara tertulis dan dikirimkan ke masing-masing peserta.







Mekanisme pengumuman hasil UKA Sertifikasi Guru 2012 :
  • Badan PSDM dan PMP me-validasi dan mengirim hasil analisis UKA yang telah dikerjakan oleh peserta oleh Puspendik kepada Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten.
  • Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten mengumumkan hasil UKA kepada para guru peserta UKA.

Pengumuman Hasil UKA Sertifikasi Guru 2012

Saat ini di antara teman-teman penulis telah beredar khabar pengumuman yang berisi tentang peserta yang telah lolos UKA 2012. Setelah ditelusuri, banyak kejanggalan yang tidak masuk akl. Entah siapa yang pertama mengedarkan serta maksud dan tujuannya. sangat dianjurkan untuk berwaspada pada motif-motif penipuan yang menawarkan jasa untuk mengurus keluluasan sertifikasi.... 
Untuk itu kepada rekan guru yang telah mengikuti uji kompetensi awal, jangan terlalu percaya kepada selebaran atau isu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Lebih akurat lagi, silahkan melihat dan bertanya kepada Diknas setempat, LPMP atau langsung Pusat Sertifikasi Guru Kemdiknas.

Senin, 01 Februari 2010

KDDP (KEKERASAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN)

Akhir-akhir ini banyak sekali di berbagai daerah di tanah air kita terdenganr berita tentang kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Guru memukul dan menjitak siswa, guru menyuruh siswa berkelahi, guru memfasilitasi siswa beradu tinju, dan banyak macam kekerasan yang diperlihatkan guru (walaupun dalam beberapa kasus saya tidak setuju jika dikatakan kekerasan). Ini hal yang ironis sekali, dunia yang seharusnya ditanamkan nilai-nilai luhur dan budi pekerti, tempat yang seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa, justru dinodai dan dirusak dengan tindakan kekerasan.
Guru sejak dulu mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi di mata bangsa Indonesia. Banyak di temukan ungkapan-ungkapan yang intinya memberikan kedudukan yang tinggi kepada guru. Dalam masyarakat sunda misalnya, sebutan Jang guru, Nyai guru, Kang guru, Uwa guru, Aki Guru sangat populer. Begitu pula dalam pepatah ungkapan kata-kata hikmah, guru adalah orang yang harus ‘digugu dan ditiru’. Bahkan sekarang guru punya martabat profesional seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 14 tahun 2005 bahwa guru adalah pendidik profesional, sedangkan profesional itu adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Ada beberapa ciri guru yang profesional diantaranya adalah: pertama, guru memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya, ini berarti komitmen tertinggi seorang guru adalah kepada kepentingan siswanya; kedua, guru menguasai secara mendalam bahan/ mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para siswa; ketiga, guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi; keempat; guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalaman (selalu melakukan refleksi dan koreksi terhadap apa yang dilakukannya); dan kelima, guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya (PGRI misalnya).
Guru sekarang bukan asal orang yang mau sukarela membantu dunia pendidikan untuk mengajar di dalam kelas, namun orang yang memiliki keahlian dan kompetensi dalam bidang pendidikan yang tidak sembarang orang mampu menggantikan posisinya, insinyur atau doktor sekalipun. Namun dibenarkankah tindakan kekerasan dalam pengajaran? Pastikan bahwa jawabannya tidak. Namun mengapa demikian? ....
Jika pertanyaan seperti diatas muncul maka tanyakan juga sudahkah guru semaksimal mungkin menerapkan teori dan metode yang diperoleh di bangku kuliah untuk mengatasi kesulitan belajar, untuk mendisiplinkan siswa, untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia?. Jika sudah namun tetap saja ada siswa yang menghabiskan energi guru yang terbatas dengan kenakalannya, maka apa yang harus dilakukan guru??.. Bapak dan Ibu guru yang bijak, kita telah menyaksikan bersama betapa pemerintahan kita ingin sekali mensejahterakan kita sebagai guru. Mengangkat kita bukan hanya dengan kata-kata namun dengan kesejahteraan yang lama sekali dituntut oleh dunia pendidikan, sertifikasi yang dilaksanakan bertahap untuk mensejahterakan para guru akan selesai dengan habisnya guru yang disertifikat (ingat nasib guru banyak berubah dengan adanya UU g&d). seyogyanya kita mengimbangi usaha tersebut dengan usaha yang baik pula untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika kesabaran menghadapi siswa bisa habis, ‘akal’ pun untuk menyiasati siswa juga bisa habis, namun keikhlasan dan ketulusan kita untuk menjadi pelita dalam kegelapan takkan pernah padam, keikhlasan dan ketulusan kita untuk menjadi embun penyejuk dalam kehausan takkan pernah kering. Saya sering terbawa perasaan jika mendengar betapa orang-orang diluar sana memuji dan mengingat jasa guru-gurunya, mengatakan bahwa semua kesuksesan dan keberhasilan dirinya adalah hadiah beasar dari sang guru. Guru seharusnya tidak mudah marah, apalagi menggunakan kekerasan. Karena guru yang baik harus bersahabat, mencintai siswanya, mencintai pekerjaannya, menjadi teladan bagi siswanya dan mampu mengantarkan anak memasuki masa depannya. Mungkin kata kasih sayang adalah kata yang tepat untuk dijadikan dasar dalam hubungan antara guru dan siswa. Kasih sayang, cinta kasih yang tulus.. tanpa kasih sayang pendidikan kita akan kehilangan jati dirinya. Hubungan inilah yang sekarang mulai kering, antara siswa dan guru tidak ada lagi ikatan kasih sayang, yang ada hanya tugas dan tanggung jawab mengajar, guru datang ke sekolah, memberikan pelajaran dan penjelasan sedangkan siswa datang kerjakan tugas dan dapatkan nilai, hanya itu yang terasa antara guru dan siswa. Jika kita mau menyadari bahwa guru adalah makhluk sosial yang berurusan sangat erat dengan makhluk sosial lainnya yaitu siswa (berbeda dengan pegawai kantor), maka kita akan sadar bahwa kita adalah makhluk tuhan yang penuh dengan perasaan dan emosi, yang mesti saling menjaga agar tidak pernah melukai jiwa apalagi sampai melukai raga.