Selamat Datang...

Berbagi, Manfaat .....

Label

Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 14 Desember 2018

Kunci Jawaban Soal Muatan Lokal Budaya dan Bahasa Banjar 2



Untuk menjawab Soal Muatan Lokal Budaya dan Bahasa Banjar 2

PILIHAN GANDA
  1. B. kandangan
  2. B. kelalapon
  3. D. Hanau
  4. C. Panting
  5. B. menyulam
  6. A. Pintar
  7. D. Perut Lapar
  8. A. Seribu sungai
  9. C. HSS
  10. A. Keladi
  11. B. rumput-rumputan
  12. C. Pais pisang
  13. B. bakantan
  14. B. Kasturi
  15. D. Tiwadak
ISIAN  

  1. Dandaman   = Rindu .
  2. Cakah = Sombong .
  3. Bacakut = Berkelahi.
  4. Sungsung  x  Landung.
  5. Hinip   x rami/ abut .
  6. Cagat   x lintuk.
  7. Mandau
  8. Tapin
  9. Lakatan/ Ketan
  10. Muntung
URAIAN
  1. Kabupaten Banjar dan Kabupaten Barito Kuala
  2. antalagi - lumuan - batuk - garuda 
  3. humbut , waluh, santan, bawang habang.
  4. Palui, Tulamak. Garbus
  5.  Ampar-ampar Pisang, Ampat lima, Sapu tangan babuncu ampat, Pembatangan, Uma-abah, dll


Semoga Kunci jawaban ini membantu.
jika ada koreksi atau masukan silakan tinggalkan komentar di bawah 💗

Minggu, 31 Agustus 2014

Perubahan Wujud Benda

Benda terdapat dalam 3 wujud yaitu: Padat, Cair dan Gas. Tiga wujud ini dapat berubah akibat dari pelepasan atau penambahan energi panas. 

Gambar di atas dapat dijelaskan sebagai beikut:

  • Membeku : Peristiwa Perubahan Wujud dari cair menjadi padat. Dalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas (pendinginan)

Contoh : Air yang dimasukkan dalam Freezer akan menjadi es batu dan Lilin Cair yang didinginkan


  • Mencair : Peristiwa perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Dalam peristiwa ini zat memerlukan enegi panas (pemanasan).

Contoh : Es batu yang menjadi air dan Lilin dipanaskan

  • Menguap : Peristiwa perubahan wujud zat dari cair menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas (pemanasan).


Contoh : air yang direbus lama-kelamaan akan habis  dan Bensin yang dibiarkan pada tempat terbuka akan habis berubah jadi gas.

  • Mengembun : Peristiwa perubahan wujud zat dari gas menjadi cairDalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas (pendinginan)
Contoh : Ketika kita menyimpan es batu dalam sebuah gelas maka bagian luar gelas akan basah dan rumput dilapangan pada pagi hari menjadi basah padahal tidak terjadi hujan.


  • Menyublim : Peristiwa perubahan wujud zat dari padat menjadi gasDalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas (pemanasan)
Contoh : kapur barus atau kamper yang disimpan dalam lemari

  • Mengkristal/ Menghablur : Peristiwa perubahan wujud zat dari gas menjadi padatDalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas (pendinginan)
Contoh : Berubahnya uap menjadi salju

Jumat, 28 Maret 2014

MENULIS

Dua kalimat yang jadi motivasi saya untuk selalu menjadi hebat, berharap dengan menulisnya dan memaparkannya dalam blog ini bisa memotivasi siapa pun yang membacanya. Terutama anak-anakku sayang, penerus generasi dan amanah yang diemban oleh manusia.

Kalimat pertama adalah kalimat yang dilontarkan Pak Dedi Dwitagama: "Guru hebat adalah guru yang menulis setiap hari". Benar, menulis adalah salah satu cara menyampaikan pesan yang dapat didokumentasikan dalam bentuk tulisan. Bahkan bukan hanya guru yang hebat, namun manusia yang rajin menulis akan besar namanya oleh tulisannya, apa lagi manusia itu adalah guru yang digugu dan ditiru.

Kalimat kedua adalah kalimat dari pak Wijaya Kusumah yang akrab dipanggil omjay: "Kesulitan terbesar dalam sebuah pekerjaan adalah memulai". Dan kalimat ini banyak diamini oleh teman-teman saya di jejaring sosial dan saya sendiri mengangguk keras ketika mendengar kalimat ini tanda persetujuan. Baiklah, mari kita kupas satu per satu  permasalahan dalam menulis.

Mengapa menulis?
Karena menulis ini merupakan karya anak manusia, menulis adalah dokumentasi dari sebuah ide dan pikiran manusia, menulis bisa menghasilkan banyak hal bagi kebaikan manusia.

Lalu, mengapa kita tidak menulis?
Pertama, karena kita belum memulainya. Seperti yang disampaikan omjay, bahwa memulai adalah hal yang tersulit dalam sebuah pekerjaan, maka ketika sesorang ingin memulai haruslah mempersiapkan beberapa hal diantaranya: Nawaitu lillahi Ta'ala karena segala sesuatu akan mudah dilaksanakan jika kita niatkan karena Allah, power Allah mampu menendang setan yang membayang-bayangi manusia agar malas memulai hal yang baik; Rumuskan tujuan yang akan dicapai, seperti bebragi manfaat untuk sesama; Dan yang tidak kalah penting bagaimana bisa mengatur mindset kita menjadikan "menulis" sebagai sebuah passion bukan karena keterpaksaan.

kedua,  terjebak dalam rutinitas yang tiada ujung dan akhir. Rutinitas dan tuntutan kerja yang mengekang kita membuat kita tidak berbuat lebih dari tuntutan minimal. Keluar dari rutinitas yang membosankan bukanlah hal yang mudah, butuh tekad yang besar untuk membongkar dan mencari celah untuk mengubah pola kerja yang kurang produktif. Kembali ke passion, dan tujuan kita menulis, maka rutinitas keseharian ini dapat dijadikan ajang untuk menjadi manusai yang lebih produktif dan manfaat.

Apa yang harus ditulis?
Jangan berpikir untuk memulai menulis tantang hal-hal yang tidak kita kuasai, tulislah hal-hal ringan yang sering kita bicarakan bersama teman, tentang hal-hal yang pernah kita alami, tentang hal-hal yang pernah kita pelajari, hingga akhirnya kita bisa mencari pelajaran baru dari apa yang telah kita tulis.
Mulailah pekerjaan "menulis" dengan menuliskan sebuah kata, dari kata ini buatlah skema, apa saja yang ingin dijabarkan dari kata yang kita tulis ini. Buat sebuah jaring laba-laba, atau panah-memanah menuju atau keluar dari kata tersebut. buatlah coretan sesuka hati. Keluarkan lah semua yang ingin kau tuangkan tentang kata itu.
Kembangkanlah kata itu berdasarkan coretan-coretan tadi menjadi sebuah kalimat, dari kalimat akan menjadi paragraf. dan tanpa terasa (karena hati senang) maka akan membuat sebuah naskah tentang kata yang menjadi awal dari tekad yang kuat.

Semoga bermanfat, Mohon masukan dan koreksi. Terimakasih

Kamis, 13 Maret 2014

BANGGA DENGAN REZEKI NOMPLOK

Santai, membaca buku yang ada di hadapan saya, membuat saya bersemangat untunk membagikannya kepada orang banyak, untuk berbagi tanda cinta. Bukunya bagus, kumpulan beberpa tulisan kolom di sebuah koran harian (1986-1989) oleh seorang wartawan yang bernama Arsal Alhabsyi. Simak salah satu tulisannya yang banar-benar menggelitik gairah saya, untuk selalu mencintai dan bangga pada keramahan serta kekayaan iman bangsa kita, semoga tak cepat luntur pada kita dan anak-cucu kita nantinya:

KAMI AKAN KE SANA JUGA, PROFESOR

Seorang Profesor sejarah berkebangsaan Jepang pernah bertemu saya. Ia diantar oleh seorang wartawan dari Jakarta. Kami berbincang-bincang cukup lama dan topiknya macam-macam. Santai.
Selain guru besar, ia juga seorang pelukis. Ia membawa album yang berisi reproduksi puluhan karya seni lukis yang dibuatnya di hari-hari libur. Jika kita mengamati karya-karya seni lukisnya, (lewat reproduksi) ia memberi kesan sepenuhnya sebagai seorang pelukis profesional. Seluruh objeknya tersaji secara cermat dan hidup. Isi dan bentuk yang ditampilkannya mengesankan kedalaman wawasan dan kesempurnaan teknis. Mengagumkan. Namun, ia tak hidup atau mencari nafkah tambahan sebagai pelukis. Rumahnya yang besar di suatu kota kecil di Jepang punya ruang khusus tempat memajang lukisan-lukisannya, di samping berfungsi sebagai studio. Jika ia terlibat dalam suatu diskusi tentang seni lukis, profesinya sebagai guru besar sejarah (filsafat sejarah) tak terbayang sama sekali.
* * *
Dari pertemuan yang menarik dan tak terlupakan itu, ada hal yang ingin saya kemukakan di sini, yakni pertanyaan sang profesor sesaat setelah kami usai bersantap malam: “Tuan Arsal, hidangan yang kami cicipi malam ini sungguh nikmat sekali. Saya tahu persis, telur ikan terbang, udang, kepiting, yang Nyonya Arsal hidangkan, harganya cukup mahal. Maaf, saya mau bertanya, apakah anggaran belanja rumah tangga Tuan tidak mengalami defisit bulan ini?”
Defisit? Suatu pertanyaan yang jujur sekaligus membingungkan. Agaknya, dari air muka saya terbayang kebingungan itu. Tanpa saya minta, ia berusaha menjelaskan.
“Begini. Di Jepang, gaji seorang seperti saya, setiap bulan habis terbagi sesuai perencanaan. Artinya, bagi saya tidak gampang melakukan pengeluaran yang sifatnya insidental atau tiba-tiba. Sebab, hal demikian pasti merusak perencanaan yang telah tersusun untuk tiga atau enam bulan, atau bahkan untuk satu tahun. Pemasukan kami teratur sesuai jumlah gaji, begitu pula pengeluarannya. Untuk keperluan sehari-hari, biaya sekolah, rekreasi keluarga, dan tabungan hari esok, itu semua teratasi dengan gaji yang kami terima. Manakala kami menggunakan anggaran berlebihan untuk dapur misalnya, maka risikonya pasti mengganggu pos anggaran yang lain. Dan, itu berarti mengganggu stabilitas rumah tangga. Bertolak dari situlah, maka tadi saya bertanya, apakah hidangan makan malam yang sekian banyak orang cicipi tidak mengganggu budget rumah tangga Tuan Arsal bulan ini?”
* * *
Saya duga, pelukis yang guru besar itu, tiba-tiba menganggap saya bodoh sekali tatkala mengemukakan apa yang disantap oleh para tamu saya malam itu adalah rezekinya masing-masing. Bukan rezeki saya. Kata-kata yang saya ucapkan itu mungkin juga dianggapnya guyon. Terserahlah, yang jelas target saya tercapai, yaitu memelihara suasana santai.
Seorang ibu di Jepang pergi ke supermarket untuk membeli pisau silet umpamanya, setelah pulang ke rumah, hampir dapat dipastikan tidak akan membawa apa-apa, selain pisau silet. Berbeda dengan mereka, ibu-ibu kita disini jika singgah di sebuah toko untuk membeli sapu bulu ayam, setelah pulang, masih berada di luar pagar rumah sudah berteriak-teriak, “Tolong , tolong, angkat barang-barang ini masuk!” karean mereka nyaris memborong seluruh isi toko.
Menurut sang profesor, di Jepang tak dikenal kata rezeki nomplok. Yang ada cuma gaji atau nafkah sesuai dengan kedudukan, jenjang atau pangkat seseorang. Jadi, apa yang dimiliki seseorang selaras dengan gajinya. Tidak seperti di negeri kita ini. Seorang pegawai yang bernafkah hanya Rp 500.000 per bulan (kl. US$ 250) kok mampu menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri, yang notabene sekali setahun ditengoknya. Kenyataan seperti ini telah kita anggap tidak aneh karena sudah “terpajang” di mana-mana. Orang luar sama sekali tidak perlu heran. Kita dapat berkata: “kan kalian tak menegenal rezeki, apalagi rezeki nomplok? Jelas, itu salah kalian sendiri, siapa suruh hidup terlalu teratur?”

Apa pun kenyataan sekarang, cepat atau lambat, kita akan ke sana juga; keteraturan itu. Suatu keteraturan yang mungkin menghilangkan dimensi lain dalam kehidupan kita yang ramah dan menggairahkan.

Baca Informasi buku yang saya baca: https://catalogue.paramadina.ac.id/index.php?p=show_detail&id=19552

Selasa, 10 Desember 2013

Rabu, 12 Juni 2013

Muatan Lokal 2 (Kuriding)

Siswa-siswi sekolah dasar pada umumnya menganggap remeh mata pelajaran Muatan lokal, terlebih yang memang putra daerah yang sehari-hari berbahasa banjar dalam pergaulannya. Meski sebenarnya soal Muatan Lokal berkisar antara bahasa, budaya dan kesenian.

Kurangnya buku pegangan guru untuk muatan lokal, membuat mata pelajaran ini seakan tersisih. Tidak sedikit guru yang mengisi mata pelajaran ini dengan hanya mengenal atau mengingat kembali makanan khas daerah, maskot provinsi, senjata, musik, dan kain khas daerah. Ada beberapa guru juga yang senang menyanyi mengajarkan siswanya lagu-lagu daerah.

Memang, itu tidak salah. Namun ada beberapa materi yang perlu siswa-siswi kita ketahui, misalnya tentang permainan lokal, atau alat-alat musik tradisional.

Posting kali ini saya akan memaparkan tentang alat musik Kuriding bersandar pada beberapa sumber di antaranya:
  • Bambang D.P. dkk, (2002). Budaya dan Kesenian Daerah Kalimantan Selatan Untuk Sekolah Dasar Kelas 3. Banjarmasin: PT Pabelan.
  • Gusti Syaihuni. H. dkk, (2003). Buku Muatan Lokal Budaya Banjar Kelas III Sekolah Dasar. Banjarmasin: Pemprov Kal-Sel

Mungkin tidak asing bagi anda mendengar kata "Kuriding". sering kita dengar pada lagu banjar yang berjudul "Ampat Lima". Kuriding adalah alat musik tradisional dari Kalimantan Selatan yang dibuat dari bambu. Nama kuriding diberikan oleh penduduk Barabai Kabupaten HST dan Desa Harakit Kabupaten Tapin. Ada yang memberinya nama guriding yaitu penduduk kelurahan Ulu Benteng Kecamatan Bakumpai.
Alat Musik Kuriding
Bahan baku yang digunakan untuk membuat alat musik ini adalah kayu bangaris dan lepah daun sirang (sejenis tumbuhan kelapa yang tumbuh di semak belukar), pelepah enau (Pelepah pohon aren) dan paring/ bambu. Kuriding adalah alat musik tiup. Cara menggunakannya dengan menempelkan lubang peniupnya di bibir kita. Untuk memperoleh bunyi, haruslah menarik tali penarik yang dinamakan tatarikan yang dipegang dengan tangan kanan. Menarik tatarikan tersebut tidak boleh sembarangan, tapi hendaklah ditarik dengan sedikit sentakan. Karena sedikit hentakan tadi akan menghasilkan getaran pada kuriding tersebut. Getaran yang ditimbulkan menjadi sebuah nada. Untuk mengatur tinggi rendahnya nada adalah dengan cara mengubah-ubah kedudukan ujung lidah dan bentuk bibir.Untuk menghasilkan bunyi gong atau jenis suara bas adalah dengan menghembuskan semua udara yang ada di mulut. 

ibu sedang memainkan alat musik kuriding
 Pada zaman dahulu menurut cerita orang-orang tua, alat musik kuriding ini digunakan untuk menakut-nakuti binatang-binatang buas yang hendak masuk perkampungan atau kebun-kebun penduduk. Konon menurut cerita, macan sangat takut kalau mendengar bunyi alat musik kuriding. Namun pada perkembangan berikutnya musik kuriding berfungsi sebagai hiburan pelepas lelah.

Soal Latihan:
1. Istilah kuriding sering kita dengar pada lagu ... .
      a. Ampat Lima        b. Pembatangan     c. Anak Pipit
2. Kuriding adalah sebuah nama dari alat ... .
      a. pertukangan        b. musik                c. perbengkelan
3. Alat musik kuriding merupakan alat musik ... .
      a. petik                   b. pukul                 c. tiup
4. Untuk mendapatkan bunyi dari alat musik kuriding, alat tersebut harus kita tempelkan pada ... .
     a. hidung                 b. telinga                 c. bibir
5. Tali penarik pada kuriding dinamakan ... .
    a. tatarikan               b. jajuhutan            c. tatunjulan
6. Menarik tatarikan harus dengan sedikit ... .
    a. tiupan                  b. sentakan             c. hembusan
7. Untuk menghasilkan bunyi gong atau jenis suara bas adalah dengan menghembuskan semua udara yang ada di... .
    a. hidung                 b. perut                   c. mulut
8. Jaman dahulu, kuriding digunakan untuk menakut-nakuti ... .
   a. binatang buas       b. penjahat               c. hantu
9. Binatang  yang sangat takut pada bunyi kuriding adalah ...
    a. kucing                b. macan                   c. anjing
10. Zaman sekarang kuriding digunakan untuk ....
   a. hiburan                b. pajangan               c. koleksi





Jumat, 07 Juni 2013

Keluarga

Mengutip Makalah yang saya persiapkan untuk mengikuti seleksi Guru Berprestasi tingkat Kota Banjarmasin. Dan panggalan ini, adalah panggalan yang paling menguras emosi dan tenaga. Karena aku bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa jika Allah tidak menghadiahkan mereka dalam hidupku (Keluargaku)... ini persembahanku untuk kalian sayangku.




Keluarga sebagai sel terkecil dalam sebuah komunitas masyarakat, memiliki andil yang sangat besar dalam membentuk pribadi yang unggul dan berprestasi. Terlahir sebagai saudara terkecil diantara lima orang  saudara  perempuan membuat saya dapat bercermin dari keberhasilan kakak-kakak saya. Orang tua yang rela merantau demi keberhasilan anak-anaknya menyadarkan saya bahwa untuk menjadi pribadi yang bermanfaat harus rela berkorban. Ayah dan Ibu adalah sosok yang sangat agung untuk bercermin, meski keduanya bukan sarjana, namun setiap kata-kata yang mereka ucapkan sebagai nasehat untukku, seakan-akan itu adalah kutipan dari Jean Piget, John Dewey, Ibnu Khaldun atau Ki Hajar Dewantara. Mereka adalah inspirasi bagiku, hingga kini di setiap prestasi atau prestise yang saya capai adalah berkat bimbingan keduanya, berusaha dan selalu berharap saya dapat membuat mereka bangga. Ketika saya terlahir di tanah perantauan orang tua Mekkah Arab Saudi, ayah dan ibu hanyalah  pekerja musiman, yaitu pembantu syekh menerima dan melayani Jamaah haji yang datang sekali dalam setiap setahun. Berkat kebaikan syekh kami mendapatkan tempat tinggal dan bernaung. Namun di usia sekolah dasar saya, orang tua saya harus kehilangan pekerjaan itu karena pemerintah Arab saudi menghapus sistem bimbingan syekh ke Muasassah yang bertanggung jawab atas pelayanan jemaah haji.
Namun orang tua selalu berusaha untuk dapat mencarikan nafkah bagi anak-anaknya yang ditinggal di tanah air, juga bagi anak-anak yang tinggal bersamanya di perantaun. Ingatan saya masih lekat dengan sosok ayah yang gigih bekerja apa pun yang dapat dilakukannya asalkan mendapatkan apa yang dibutuhkan anak-anaknya: Pendidikan yang terbaik. Tak peduli bekerja siang hari di tanah tandus dengan temperatur ± 45oC, atau malam hari ketika suhu ekstrim padang pasir berubah menjadi sangat dingin.
Dibalik perjuangan orang tua ini, saya mendapatkan pendidikan yang dapat saya banggakan. Duduk di bangku yang sama dengan anak pribumi merupakan sebuah kebanggan, bahkan saya dapat meraih nilai di atas rata-rata selama 9 tahun keberadaan saya di sekolah dasar dan sekolah menengah.  Dan ini adalah prestasi bagi saya berada di tanah asing dan menjadi siswa rangking tiga terbesar di setiap tahunnya, mengalahkan anak-anak pribumi, untuk membuktikan kepada orang tua saya bahwa mereka tidak sia-sia bekerja siang malam demi keberhasilan anaknya.
Jika orang tua menjadi dasar atau akar dari sebuah prestasi, maka anak dan buah hati adalah sebuah prestasi yang berakar dari orang tua. Kisah lain dari kehidupan saya sebagai orang tua. Beberapa bulan setelah menjalankan tugas sebagai Guru saya melahirkan anak pertama, dia seorang putri yang menjadi bibit yang harus saya sirami dengan segenap pengetahuan dan skill yang saya miliki untuk membantunya tumbuh sebaik mungkin untuk menjadi anggota masyarakat yang baik. Namun, tantangan ini sudah terasa terjal di bulan keempat usia anak saya ketika saya mencurigai abnormal padanya. Putri pertama saya tidak terkejut atau menangis ketika terdengar suara keras seperti suara guntur atau suara pintu yang tertutup dengan keras. Kecurigaan ini berlangsung tanpa mendapatkan diagnosis yang pasti dari dokter hingga usia 14 bulan. Di usia 14 bulan lah, saya mendapatkan vonis bahwa putri saya total deafness (tuli total), tentu saja vonis ini membuat saya terpukul, merasakan semua yang saya pandang berputar-putar sekaligus merasakan dunia berhenti berputar, saya hanya berpikir apa yang harus saya lakukan untuk tetap dapat membangun harapan-harapan indah untuknya.
Dukungan yang mengalir dari orang tua, kakak, kerabat dan tentu saja dari suami perlahan menguatkan semangat dan tekad saya, bahwa ini bukan akhir dari segalanya, namun ini adalah awal dari sebuah tantangan hidup. Setelah konsultasi yang panjang dengan berbagai pihak (dokter, psikolog, trapis wicara, guru SLB, konsultan alat-alat bantu dengar) untuk menemukan cara terbaik sebagai solusi, saya mengerti dan meyakini bahwa di balik setiap kekurang terdapat banyak kelebihan yang tidak ditemukan pada anak yang normal. Anak saya, adalah hadiah istimewa untuk saya. Saya belajar unuk menghargai potensi yang telah Tuhan berikan pada tiap-tiap insan, menghargai sebuah kekurangan untuk menemukan kelebihan yang tersembunyi dibaliknya.
Seiring perjalanan waktu, saya mengandung anak yang kedua. Pada 6 bulan kehamilan saya, ibunda tercinta dipanggil untuk menghadap Sang Pencipta, kepulangan beliau menuntut saya untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan mandiri dalam menghadapi hidup. Enam bulan pasca kelahiran anak kedua, saya dihadapkan pada tantangan baru. Suami saya yang berprofesi sebagai guru SD, mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 di Yogyakarta atas biaya Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Meski saya juga mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk mengikuti program yang sama, namun keinginan itu terhalang oleh persyaratan administrasi dan birokrasi (Pangkat dan golongan).
Keberangkatan suami saya ke Yogyakarta, menghadapkan saya pada kenyataan  untuk mengasuh kedua anak kami sendiri. Ayahandalah yang menjadi kawan yang selalu menyokong dan membantu saya dalam mendidik anak-anak. Namun itu hanya berlangsung kurang dari enam bulan, Kesehatan Ayahanda yang sudah di usia 70-an semakin menurun, hingga akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhirnya, meninggalkan kesan dalam hidup saya bahwa manusia dilahirkan untuk selalu belajar, dibimbing oleh orang tua, guru, atau teman. Namun pada akhirnya manusia harus berpisah dari mereka yang telah membimbingnya untuk menjadi pribadi yang mandiri, tabah, kuat, namun tetap selalu memberikan manfaat bagi sesama.
Mencapai perjalanan panjang, berusaha menjadi anak yang patuh pada kedua orang tua, membanggakan mereka, melahirkan dan membesarkan kedua anak saya dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka, memotivasi suami menyelesaikan tugas belajarnya adalah prestasi yang paling membanggakan bagi saya sebagai bagian dari sebuah keluarga.

Sabtu, 18 Mei 2013

Celana Jeans Dan Korean Artist

Salah satu tugas yang saya berikan kepada siswa kelas VI adalah mengupas dan memberikan komentar terhadap budaya asing yang telah menjadi budaya mayoritas remaja di negeri ini. Di sini saya paparkan beberapa fakta mengenai dua budaya yang dipengaruhi oleh proses globalisasi di masa kini. Yaitu mengenai budaya berpakaian ala orang barat  (Celana Jeans) yang dianggap keren. dan penyanyi K-Pop atau artis-artis Korea.

Silahkan simak beberapa informasinya:
  1. Asal- Usul Celana Jeans:
  •             Penemunya adalah Levi Strauss (lahir 26 Februari 1829 – meninggal 26 September 1902 pada umur 73 tahun). Dia adalah  seorang produsen pakaian Amerika Serikat yang berasal dari Bavaria, Jerman. Ia terlahir sebagai Löb Strauß di Buttenheim, Bayern, dari keluarga Yahudi. Ia mengubah namanya menjadi Levi Strauss pada 1850.
  • Strauss mulai menciptakan pakaian dan celana yang terbuat dari bahan terpal atau kanvas.
  •             Celana yang dibuat dari bahan Terpal/kanvas dijual kepada para pekerja tambang dan  celana-celana ini laku terjual, hal ini disebabkan celana kanvas tahan lama, tidak mudah  rusak ataupun sobek
  •  Dalam waktu singkat celana Jeans yang diberi label (Levi’s)  menjadi celana resmi para penambang, dan celana ini kian popular di kalangan pekerja tambang, Sehingga akhirnya menjadi simbol status ekonomi yang diasosiasikan dengan celana kelas pekerja. Di tahun 1920, Levi’s Waist Overalls menjadi produk celana kerja yang paling laku di bagian Selatan Amerika, dan walau sekarang bahannya sudah digantikan dengan denim namun banyak orang masih menyebutnya sebagai celana jeans.
    2. Penyanyi K-POP / Artis Korea
  •              K-POP merupakan singkatan dari Korean pop atau Korean popular music.
  • Genre K-POP cukup variatif, walau yang paling umum  masih didominasi oleh dance, electronic, electropop, hip hop, dance, dan R&B.
  • para penyanyi K-Pop yang sangat terawat dari ujung rambut hingga ujung kaki, baik pria maupun wanita. Faktor-faktor inilah yang memicu fenomena K-Pop berkembang menjadi sub-kultur populer yang berpengaruh besar bagi setiap kalangan, dari anak-anak hingga kaum dewasa.
  • Rata-rata orang Korea berusia 18-35 tahun, lebih menginginkan hadiah yang tak biasa. Mereka menginginkan agar mata, dagu, pipi, dan hidung mereka dirombak dengan operasi plastik. Bagi mereka operasi plastik jauh lebih penting ketimbang memiliki gadget atau kendaraan pribadi. Apalagi di kalangan artisnya, mereka cantik dan ganteng karena hasil permak di sana-sini.
  • Korea adalah Negara dengan angka bunuh diri nomor 1 di dunia! Menurut Menteri Kesehatan Korea Selatan, ada sekitar 35 orang Korea yang tewas bunuh diri SETIAP HARI, baik dari kalangan artis maupun orang biasa. Artis Park Jin Hee mengungkapkan dalam tesisnya bahwa lebih dari 40% artis Korea mengalami depresi dan ingin mengakhiri hidupnya. Tragis.
Meski ini hanya sekilas informasi tentang budaya asing yang digemari dan diadopsi oleh bangsa kita, bagaimana kita sebagai anak bangsa yang besar dapat menyikapinya

Selasa, 09 April 2013

BUKU " PENGEMBANGAN PROFESI GURU"



Buku ini saya beli di kawasan Toko Buku Merdeka, di Jl. Hasanuddin HM Banjarmasin,Kebiasaan saya sejak termotivasi untuk memiliki Buku karangan sendiri adalah banyak membaca karena keterampilan menulis berawal dari keterampilan membaca. Sehingga wajib bagi saya (aturan saya sendiri) untuk memiliki minimal satu buku tiap dua bulan.
Dan ini adalah buku yang saya beli untuk bulan April 2013:

Judul: Pengembangan Profesi Guru
Pengarang : Prof. Dr. H. Nanang Priatna, M.Pd & Tito Sukamto, S.Pd
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya Bandung
Tahun Terbitan : Cetakan Pertama, Februari 2013
Tebal :  326 Halaman
 
Sampul Buku
Buku ini terbit erat sekali dengan ditetapkannya Peraturan Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenneg PAN dan RB) Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang mulai diberlakukan secara serentak di seluruh Indonesia mulai 1 Januari 2013.
Jika pada peraturan sebelumnya yaitu (Keputusan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84 Tahun 1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya) Kegiatan PKB (Pengembangan Profesi) diwajibkan sebagai syarat kenaikan pangkat/ golongan VI/a ke atas, maka peraturan baru kegiatan PKB diwajibkan sebagai syarat kenaikan pangkat/ golongan mulai dari III/b ke atas.
Tentu ini menjadi momok bagi guru untuk naik pangkat, karena kebanyakan guru belum terbiasa menulis dan mempublikasikan tulisannya.
Nah, mempublikasikannya… mungkin ini yang terasa sulit. Kalau menulis, membuat Karya Tulis, PTK mungkin sudah sering membuatnya, namun masalah pempublikasian dan bukti fisik adalah yang jadi masalah bagi guru selama ini. Buku ini Insya Allah akan membantu bapak-ibu Guru dalam melaksanakan PKB.  Bagaimana, tertarik? Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan.
Semoga Tulisan ini Bermanfaat.

Jumat, 05 April 2013

Memanfaatkan "Mailing Microsoft Word" Untuk Membuat SKHU

Bagi anda guru Kelas VI atau Kepala Sekolah atau Admin Sekolah yang diberi tugas membuat Surat Keterangan Hasil Ujian alias SKH, khususnya bagi yang muridnya buaaaanyak, memanfaatkan Mailings Microsoft Word adalah langkah paling tepat untuk menghemat waktu cukup siapkan 1 file Word dan 1 file (sheet) Exel...
Langkahnya sebagai berikut:
Pertama, Siapkan Format SKHU di word sesuai petunjuk dinas atau seperti yang satu ini

 Kedua, siapkan Identitas dan nilai siswa di program Exel sesuai dengan isian yang diperlukan dalam menulis SKHU seperti dibawah ini. Save dan ingat-ingat lokasi penyimpanan.

Langkah Ketiga, adalah memulai Mailing dengan memilih tab (Mailing),  (Start Mail Merge) dan memilih (Letters).




Selasa, 26 Maret 2013

Seleksi Guru Berprestasi

Hari ini berkat Pengawas TK/SD di gugus saya mengajar dan juga Kepala sekolah, saya ikut serta dalam Seleksi Guru SD Berprestasi Tingkat Kecamatan. Dan kali ini saya ingin share pengalaman hari ini.
Awal ceritanya, setiap tahun sejak saya memegang kelas 6 di SDN Kelayan Timur 6 Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Pengawas TK/SD yang sudah terjalin hubungan profesional sejak beliau ditugaskan di gugus Kelayan Timur selalu menawarkan untuk ikut dalam pemilihan guru berprestasi, namun karena terhalang persyaratan adminstratif, seperti masa kerja dan profesionalisme (#red: sudah bersertifikasi) saya selalu menolak tawaran tersebut.
Tahun ini keikut-sertaan saya pun setengah matang, karena kesibukan bersama anak didikku di kelas VI yang siap-siap menghadapi UN dan US 2013, Persiapan Portofolio pun dikerjakan dalam sehari. (ini memang sesuai dengan karakterku yang hobby dengan deadline (#Red: garis mati).
Tiba hari seleksi secara tertulis, Pertanyaannya berkisar dalam bidang perundang-undangan yang berkaitan dengan Guru dan Pendidikan, Kerangka RPP, dan empat Kompetensi guru. Sesi kedua diujikan kemampuan IT. Yah, memang kurang memicu adrenalin, karena di sini hanya permintaan untuk menuliskan kerangka RPP dan nama atasan di lingkungan kerja pada program office word.
Kurang lebih 3-4 hari akan diumumkan ranking guru peserta seleksi, mudah-mudahan kegiatan pekan ini menjadi pengalaman untuk meningkatkan profesionalisme saya sebagai guru.

Catatan:

  • Arsipkan Semua : Sertifikat diklat, seminar, lokakarya, SK Pembagian tugas, SK Panitia, Surat Tugas, dan apa pun yang berkaitan dengan kerja pokok atau tambahan yang kamu emban selama menjadi guru. 
  •  Koleksi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Menteri yang berhubungan dengan dunia pendidikan, setidaknya tahu Perundang-undangan tersebut membahas tentang apa! 
  •  Jika akhirnya kita memutuskan untuk ikut seleksi Prestasi, harus sedikit narsis, dan percaya diri tanpa berlebihan agar terlihat meyakinkan!

Semoga Bermanfaat!